still learning....

Selasa, 17 Mei 2011

Gunung Bambapuang

Gunung Bambapuang atau juga sering disebut sebagai "Gunung Nona" karena bentuknya yang maaf, menyerupai alat kelamin wanita, sudah sangat lama sering dikisahkan oleh teman saya yang berasal dari daerah dimana Gunung Bambapuang ini berada yaitu di Kab. Enrekang. Dan akhirnya saya bisa juga melihat langsung gunung yang membuat saya penasaran itu. Pertama kali saya melihat Gunung Bambapuang sekitar tahun 2006 pada saat saya mendapat tugas kantor untuk berkunjung di Kec. Alla Kab. Enrekang, yang jaraknya saya tidak ingat lagi karena saya memang tipikal orang yang kurang cerdas untuk selalu mengingat jarak dengan ukuran panjang, tapi lebih memilih menggunakan ukuran waktu, yaitu sekitar 2 jam dari pusat kota Enrekang. Untuk menuju Kec. Alla ternyata melintasi gugusan Gunung Bambapuang, secara spesifik bukan melintas di kaki gunung, melainkan jalan poros propinsi yang lagi-lagi berjarak cukup jauh dari kaki gunung. Dan itulah saat pertama kali saya melihat secara langsung Gunung Bambapuang, meskipun dari jauh, namun tetap membuat saya takjub. Rasa penasaran yang tersimpan bertahun-tahun pun terbayarkan untuk istilah "Gunung Nona" itu.
Gunung Bambapuang diselimuti kabut





Cuaca pada saat itu memang sedang mendung, kabut tebal nyaris menutupi Gunung Bambapuang. Tapi keindahan gunung yang diselimuti oleh hamparan kehijauan yang sangat indah itu tetap dapat dinikmati.
Ada sebuah tempat, pemilik tempat itu menuliskannya "cafe" padahal sebenarnya lebih cocok disebut rumah makan, mungkin pemiliknya sengaja memberikan penamaan seperti itu supaya terkesan "keren". Rumah makan atau "cafe" itu letaknya sangat strategis untuk menikmati keindahan Gunung Bambapuang ataupun untuk berfoto dengan latar belakang gunung ini yaitu "Rumah Makan Bukit Indah". Dan pemiliknya memang tidak salah menamakannya seperti itu, karena posisinya yang tepat berseberangan dengan bagian gunung yang "menyerupai" itu, bahkan disediakan area khusus, tepat di belakang rumah makan, bagi pengunjung baik hanya untuk menikmati pemandangan gunung ataupun untuk berfoto. Tapi, kalau memang tidak berminat untuk menikmati hidangan di "cafe" itu, hanya numpang berfoto saja, diperbolehkan sih!! tapi pelayannya tak pernah lepas memandangi (lebih cocoknya mempelototi) kita, sebagaimana pengalaman saya. Jadi solusinya adalah beli cemilan keripik pisang 1 bungkus seharga Rp5.000,-, setelah itu bisa melanjutkan kegiatan photo session sepuasnya tanpa harus dipelototi lagi.

Gunung Bambapuang ini merupakan gunung batu yang ditumbuhi berbagai fauna, yang spesifiknya saya tak tahu juga, karena pelayan rumah makan yang saya tanyakan untuk informasi ini tidak bisa memberi jawaban yang memuaskan. Namun di kaki Gunung Bambapuang merupakan area sumber mata pencaharian penduduk yang berada disekitarnya, yaitu sawah dan ladang. Ladang yang berada di kaki gunung  itu, sebagian besar ditanami oleh sayuran dan buah-buahan.
Oleh karena itu, Enrekang termasuk salah satu kabupaten atau daerah di Sulsel yang merupakan penghasil sayur-sayuran antara lain kentang (salah satu yang terkenal yaitu Kentang Kalosi), wortel, kol, tomat, cabai. Sedangkan untuk buah-buahan yang terkenal di daerah ini yaitu salak, yang biasanya dijual per tandan. Ada pula buah yang hanya dihasilkan di Enrekang dan tidak bisa ditemukan di tempat lain di Sulsel yaitu "Pisang Tanduk". Dikatakan demikian, karena ukurannya yang berbeda dengan ukuran pisang biasanya, yaitu lebih besar dan panjang serta menyerupai tanduk.

pisang tanduk